BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat
ini merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting
disektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini
disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau
lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di
dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya
tanaman kelapa sawit di
masa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan
penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan
kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan
dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit.
(Balai Informasi Pertanian,1990).
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak
nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi
kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional
Indonesia. Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan
masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa
sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas
perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi
167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan
produksi sekitar 17.3 juta ton CPO (Ditjenbun, 2008).
Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan
primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini,
industri sawit tetap bertahan dan memberi sumbangan besar terhadap
perekonomian negara. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas,
industri sawit menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia.
Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha
pada tahun 2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan
kelapa sawit ini terus mengalami peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut
juga diimbangi dengan peningkatan produktifitas. Produktivitas kelapa
sawit adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17
ton/ha pada tahun 2005. Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan harus
dipertahankan. Untuk mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi
diperlukan pemeliharaan yang tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman
Menghasilkan (TM) adalah pengendalian hama dan penyakit.
Sektor perkebunan
merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang berpeluang besar
untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan perekonomian
Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak pembangunan
nasional karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar, orientasi pada
ekspor, dan komponen impor yang kecil akan dapat menghasilkan devisa non migas
dalam jumlah yang besar.
Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik
budidaya yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan
budidaya yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu
aspek pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya
kelapa sawit adalah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan
penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang dalam pembutan makalah ini, adapun rumusan masalah dalam
pembuatan makalah ini sebagai berikut :
1. Apa
definisi Hama dan Penyakit tanaman kelapa sawit ?
2. Apa
saja jenis Hama dan Penyakit pada tanaman kelapa sawit ?
3. Apa
kerugian akibat serangan Hama dan Penyakit pada tanaman kelapa sawit ?
4. Bagaimana
cara penanggulangan Hama dan Penyakit tanaman kelapa sawit ?
1.3 Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Pembaca
mengetahui definisi Hama dan Penyakit tanaman kelapa sawit.
2. Pembaca
mengetahui apa saja jenis Hama dan Penyakit pada tanaman kelapa sawit.
3. Pembaca
mengetahui apa kerugian akibat serangan Hama dan Penyakit pada tanaman kelapa
sawit.
4. Pembaca
mengetahui bagaimana cara penanggulangan Hama dan Penyakit tanaman kelapa
sawit.
1.4 Dasar
Pandangan
Tanaman Kelapa sawit adalah tanaman berakar serabut yang terdiri atas akar
primer, skunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke
bawah, sedangkan akar skunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan
ke bawah. “Akar kuartier
berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit
banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman sekitar 1 meter dan
semakin ke bawah semakin sedikit” (Risza, 2008).
Tanaman kelapa
sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal
setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar
tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit
terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat
pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko, 2008).
Daun kelapa
sawit dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan, biasanya akan tumbuh dua
lembar daun. Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut 1350. “Daun pupus yang
tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus
tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun
normal berjumlah 80-120 lembar” (Sastrosayono,
2005).
Tanaman kelapa
sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan
atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga
betina agak bulat. “Tanaman kelapa
sawit mengadakan penyerbukan bersilang (cross pollination), artinya bunga betina dari pohon yang satu
dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaan angin dan
atau serangga penyerbuk” (Sunarko,
2008). Tandan buah tumbuh di ketiak daun.
Semakin tua
umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk
semakin menurun, hal ini disebabkan semakin tua umur
tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang
dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit
bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg (Sastrosayono, 2005).
Kelapa sawit
termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120º
Lintang Utara 120º Lintang Selatan. “Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-2.500
mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran
matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar
240-380C. Ketinggian di atas permukaan laut yang optimum berkisar 0-500 meter” (Risza, 2008).
Di
daerah-daerah yang musim kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan vegetatif
kelapa sawit dapat terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada
produksi buah. Suhu berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju
reaksi biokimia dan metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu,
suhu yang lebih tinggi menyebabkan meningkatnya produksi buah. “Suhu 200C
disebut sebagai batas minimum bagi pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata
tahunan sebesar 22-230C diperlukan untuk berlangsungnya produksi buah”
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis
tanah di wilayah tropika. Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu
spesifik seperti persyaratan faktor iklim. Hal yang perlu ditekankan adalah
pentingnya jenis tanah untuk menjamin ketersediaan air dan ketersediaan bahan
organik dalam jumlah besar yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air.
Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak
disukai tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. “Drainase yang
jelek bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi
akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N).Karena itu,
drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik
dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang” (Sunarko, 2008).
1.5 Metode
Penulisan
Metode penulisan dalam pembutan makalah
ini adalah secara kuantitatif yang artinya hanya berdasarkan sumber-sumber yang
ada. Dalam pembutan makalah ini penulis tidak langsung melakukan percobaan ke
lapangan hal ini di karekan keterbatasan waktu, sehingga penulis hanya
mengambil data-data dari sumber/buku tentang ilmu pertanian.
BAB
II
ISI
2.1 Definisi Hama dan
Penyakit Tanaman
A. Hama dan Penyakit Tanaman
“Yang
dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan merugikan tanaman
yang diusahakan manusia” (Pracaya, 2003: 5). “Hama tanaman sering disebut
‘serangga hama’ (pest) atau dalam
dunia pertanian dikenal sebagai ‘musuh petani’” (Rukmana, 2002:14). Para
ahli pertanian membuat beberapa versi pengertian (definisi) hama tanaman,
diantaranya sebagai berikut:
1. Organisme “jahat” yang mempunyai
kemampuan untuk merusak, mengganggu, atau merugikan organisme lainnya (inang);
2. Organisme yang “memusuhi”
(merugikan) kesejahteraan manusia;
3. Setiap spesies organisme yang dalam
jumlah besar tidak kita kehendaki kehadirannya;
4. Organisme yang merugikan dari segi
andangan manusia;
5. Organisme hidup yang merupakan
saingan kita dalam memenuhi kebutuhan pangan dan pakaian, ata menyerang kita
secara langsung.
Berdasarkan
pernyataan (pendapat) di atas, hama tanaman dalam arti luas adalah semua
organisme atau binatang yang karena aktivitas hidupnya merusak tanaman
sehingga menimbulkan kesugian ekonimi bagi manusia.
Ada
beberapa golongan hama yang biasanya menyerang tanaman budidaya yaitu: golongan
Serangga, golongan Mamalia, golongan Binatang Lunak, dan golongan Aves
(Burung). Serangga adalah binatang kecil yang memiliki kaki beruas-ruas,
bernafas dengan pembuluh nafas, tubuh, dan kepalanya berkulit keras. Contoh
serangga yang sering menyerang tanaman budidaya adalah belalang, wereng, kutu,
ulat, kumbang, lalat, dan lain-lain. Mamalia adalah mahluk hidup yang memiliki
tulang belakang yang tubuhnya tertutup oleh rambut. Mamalia adalah binatang
menyusui, yang betina memiliki kelenjar mammae (air susu) yang tumbuh baik.
Binatang
dari golongan mamalia yang merusak tanaman antara lain: kelelawar, tupai,
musang, tikus, kera, gajah, babi, kijang, beruang, dan lain-lain. Golongan
binatang lunak yang potensial menjadi hama tanaman adalah mollusca dan
nematode. Mollusca atau siput adalah golongan hewan bertubuh lunak dan tidak
beruas. Binatang ini suka mengeluarkan lender, dan aktif makan pada malam hari.
Pada siang hari biasanya bersembungi di tempat teduh dan lembab. Nematode
adalah jenis cacing berukuran kecil dan umumnya berbentuk silindris.
Golongan
nematoda ini sering ditemukan pada tempat-tempat atau habitat yang basah,
misalnya dalam air, tanah, tanaman, binatang, dan manusia. Nematode dapat hidup
sebagai parasit dalam tubuh mahluk hidup. Binatang yang termasuk ke dalam
golongan aves tubuhnya ditutupi kulit dan berbulu, mempunyai paruh, serta
kakinya bersisik. Anggota bagian depan berupa sayap yang digunakan untuk terbang.
Meski demikian terdapat pula golongan aves yang tidak dapat terbang, seperti:
kasuari, kiwi, dan burung unta (Rukmana, 2002).
Seluruh
ataupun sebagian tanaman yang terserang hama dapat mengalami penurunan fungsi
atau bahkan tidak berfungsi sama sekali proses metabolisme (fisiologis) pada
tubuh tanaman tersebut, sehingga pertumbuhannya tidak normal dan bahkan
berakhir dengan kematian tanaman. Beberapa contoh akibat serangan hama pada
tanaman adalah sebagai berikut (Rukmana, 2002):
1. Serangan hama pada bagian akar
tanaman menyebabkan proses penyerapan unsur hara, air, dan lain-lain terganggu.
2. Serangan hama pada bagian
batang atau cabang dan rangitng menyebabkan pengangkutan
(transportasi) zat makanan terganggu atau terhenti sama sekali sehingga tanaman
menjadi layu atau mati.
3. Serangan hama pada bagian daun dapat
menyebabkan proses fotosintesis terganggu (terhambat).
4. Serangan hama pada bagian buah
atau biji dapat menyebabkan buah rusak ataupun
bijinya hampa.
bijinya hampa.
B. Pengertian Penyakit Tanaman
“Tanaman
dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ-organ tanaman
yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari. Secara singkat
penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal” (Pracaya, 2003: 320).
Suatu tanaman dapat dikatakan sehat atau normal jika tanaman tersebut dapat
menjalankan fungsi-fungsi fisiologis dengan baik, sepertipembelahan dan
perkembangan sel, pengisapan air dan zat hara, fotosintesis dan lain-lain.
Gangguan pada proses fisiologis atau fungsi-fungsi tanaman dapat menimbulkan
penyakit.
Rahmat Rukmana dan Sugandi Saputra (2005: 11) menyatakan,
Penyakit tanaman adalah sesuatu yang
menyimpang dari keadaan normal, cukup jelas menimbulkan gejala yang dapat
dilihat, menurunkan kualitas atau nilai ekonomis, dan merupakan akibat
interaksi yang cukup lama. Tanaman sakit adalah suatu keaadaan proses hidup
tanaman yang menyimpang dari keadaan normal dan menimbulkan kerusakan. Makna
kerusakan tanaman adalah setiap perubahan pada tanaman yang menyebabkan
menurunya kuantitas dan kualitas hasil.
Penyakit
pada tanaman budidaya biasanya disebabkan oleh Cendawan, Bakteri, Virus dan
faktor lingkungan (iklim, tanah, dan lain-lain). Cendawan dapat juga disebut
jamur. Cendawan adalah suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan
tingkat tinggi karena mempunyai dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak
dengan spora, tetapi tidak mempunya klorofil. Cendawan tidak mempunyai batang,
daun, akar, dan sistem pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi.
Bakteri
adalah salah satu jenis mahluk kecil (organisme) yang sebagian besar termasuk
saprofit (numpang hidup di dalam tubuh mahluk lain, tidak merugikan dan
menguntungkan mahluk lain tersebut). Virus adalah pathogen obligat (hanya
hidup dan berkembang biak dalam organisme hidup). Ukuran virus amat kecil
(submikroskopik) dan terdiri atas komposisi kimia, yaitu protein dan nucleic acid.
Virus
bersifat parasitic dan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit pada semua
bentuk organisme hidup. Penyakit yang disebabkan oleh faktor lingkungan
biasanya diakibatkan oleh ketidaksesuaian kondisi lingkungan tempat tanaman
tumbuh dengan kondisi lingkungan yang menjadi habitat asli tanaman, sehingga
tanaman tumbuh tidak sehat atau tidak normal. “Gejala penyakit akibat faktor
lingkungan biasanya mirip dengan gejala penyakit akibat dari mahluk hidup,
perbedaannya adalah penyakit akibat faktor lingkungan tidak menular” (Rukmana,
2005).
Penyakit
tanaman yang merupakan suatu penyimpangan atau abnormalitas tanaman amat
beragam bentuknya, misalnya keriput daun, kuning pucat, bercak-bercak coklat
dan busuk. Akibatnya, tanaman tidak mampu melakukan proses fotosintesis secara
maksimal. Gangguan tersebut menyebabkan gangguan ekonomis, berupa penurunan
kuantitas dan kualitas hasil. Semua bagian tanaman berpotensi diserang penyakit
sehingga tanaman tersebut sakit.
Tangkai
bunga atau buah berubah warna dari hijau menjadi kuning, bahkan diikuti dengan
terjadinya gugur bunga atau buah. Akar tanaman kubis-kubisan (Cruciferae) yang
membengkak dan berbintil-bintil mirip “gada” sehingga tidak mampu menghisal air
dan unsure hara merupakan pertanda diserang penyakit akar bengkak.
Setiap
parasit tanaman berkembang dalam siklus kejadian-kejadian yang berurutan dengan
teratur, yakni sebagai berikut (Rukmana, 2005):
1. Parasit harus menghasilkan inokulum
yang dapat menularkan penyakit ke tanaman yang sehat. Misalnya, inokulum virus
adalah virion, bakteri berupa sel-sel bakteri, cendawan dengan spora, dan
nematode dalam bentuk telur atau larva instar kedua.
2. Inokulum disebarkan ke
jaringan-jaringan yang peka (rentan). Proses ini disebut “inokulasi”. Agen
inokulasi dapat berupa serangga (untuk virus, bakteri, mycoplasma, dan
cendawan) atau air dan angin (untuk cendawan).
3. Parasit harus masuk ke dalam
tanaman melalui luka, bukaan alami (stomata, hidatoda, lentisel), atau
menginfeksi langsung pada tanaman.
4. Parasit mulai memparasit dalam
tanaman inangnya. Proses ini disebut “infeksi”.
Siklus
kejadian di atas berulang dengan cepat atau lambat, tergantung pada
kelahiran (natality) parasit. Oleh karena itu bila tidak dilakukan usaha
pengendalian, akan terjadi penyebaran dan ledakan hebat suatu penyakit
(epidemi).
2.2
Jenis-jenis Hama dan Penyakit yang
Menyerang Tanaman Kelapa Sawit
A. Hama
yang menyerang tanaman kelapa sawit
1.
Hama Tungau
Penyebab : Tungau merah ( Oligonychus )
Penyebab : Tungau merah ( Oligonychus )
Tungau ini berukuran 0,5 mm, hidup disepanjang tulang anak daun sambil
mengisap cairan daun sehingga warna daun berubah menjadi mengkilat berwarna
bronz. Hama ini berkembang pesat dan membahayakan dalam keadaan cuaca kering
pada musim kemarau.Gangguan tungau pada pesemaian dapat mengakibatkan rusaknya
bibit.
Pengendalian : penyemprotan dengan akarisida Tetradifon (Tedion) 0,1 – 0,2 %. Racun ini dapat digunakan dengan baik karena tidak membunuh musuh alaminya.
Pengendalian : penyemprotan dengan akarisida Tetradifon (Tedion) 0,1 – 0,2 %. Racun ini dapat digunakan dengan baik karena tidak membunuh musuh alaminya.
2.
Hama serangga.
Penyebab: Hama ulat setora (Setora nitens)
Kupu-kupu Setora meletakkan telurnya di bawah permukaan daun dekat pada ujungnya. Ulat Setora memakan daun dari bawah, sehingga kadang-kadang yang tersisa hanya lidinya saja.
Pengendalian : Ulat ini dapat dikendalikan dengan penyemprotan racun kontak, misalnya Hostation 25 ULV, Sevin 85 ES, Dursban 20 EC dengan konsentrasi 0,2 – 0,3%
Penyebab: Hama ulat setora (Setora nitens)
Kupu-kupu Setora meletakkan telurnya di bawah permukaan daun dekat pada ujungnya. Ulat Setora memakan daun dari bawah, sehingga kadang-kadang yang tersisa hanya lidinya saja.
Pengendalian : Ulat ini dapat dikendalikan dengan penyemprotan racun kontak, misalnya Hostation 25 ULV, Sevin 85 ES, Dursban 20 EC dengan konsentrasi 0,2 – 0,3%
3.
Kumbang oryctes
Penyebab: Oryctes rhinoceros
Gejala serangan : Kumbang dewasa masuk ke dalam daerah titik tumbuh dan memakan bagian yang lunak.bila serangan mengenai titik tumbuh, tanaman akan mati, tetapi bila makan bakal daun hanya menyebabkan daun dewasa rusak seperti terpotong gunting.
Penyebab: Oryctes rhinoceros
Gejala serangan : Kumbang dewasa masuk ke dalam daerah titik tumbuh dan memakan bagian yang lunak.bila serangan mengenai titik tumbuh, tanaman akan mati, tetapi bila makan bakal daun hanya menyebabkan daun dewasa rusak seperti terpotong gunting.
Pengendalian :
untuk mencegah berkembangnya hama ini, kebersihan di sekitar tanaman harus
dijaga baik. Sampah-sampah atau pohon yang mati dibakar agar larva hama ini
mati. Pemberantasan secara biologis dengan menggunakan cendawan Metharrizium
anisopliae dan virus Baculovirus oryctes.
4.
The oil palm bunch moth
Penyebab : Ngengat Tirathaba mundella
Gejala serangan : Telur-telur Tirathaba diletakkan pada tandan buah terutama pada buah-buah yang telah masak atau busuk. Setelah menetas, ulat atau larva melubangi buah-buah muda atau memakan permukaan buah yang matang.
Pengendalian : Ulat Tirathaba dapat dikendalikan dengan Dipterex atau Thiodan. Caranya : 0,55 kg Dipterex atau Thiodan dilarutkan dalam air sebanyak 370 liter (dosis per hektar) dan diaduk sampai merata, selanjutnya disemprotkan pada kelapa sawit yang terserang ulat Tirathaba tersebut.
Penyebab : Ngengat Tirathaba mundella
Gejala serangan : Telur-telur Tirathaba diletakkan pada tandan buah terutama pada buah-buah yang telah masak atau busuk. Setelah menetas, ulat atau larva melubangi buah-buah muda atau memakan permukaan buah yang matang.
Pengendalian : Ulat Tirathaba dapat dikendalikan dengan Dipterex atau Thiodan. Caranya : 0,55 kg Dipterex atau Thiodan dilarutkan dalam air sebanyak 370 liter (dosis per hektar) dan diaduk sampai merata, selanjutnya disemprotkan pada kelapa sawit yang terserang ulat Tirathaba tersebut.
5.
Mamalia
Hama yang termasuk mamalia (binatang menyusui) adalah babi hutan dan kera. Hama ini sangat merusak tanaman kelapa sawit. Di beberapa daerah tertentu di Sumatera, gajah sering menyebabkan kerusakan yang serius pada tanaman kelapa sawit muda. Selain itu juga tikus (rodentia) merupakan hama yang merusak (memakan) buah kelapa sawit yang sudah tua.
Pengendalianya : dengan cara biologi yaitu dengan cara memeliraha hewan peredator yg memangsa hewan tersebut. Salah satu contohnya adalah memelihara burung hantu atau ular yang bisa(racun) sudah di hilangkan sehingga tidak membahayakan bagi para pekerjayang tujuannya untuk membasmi hama tikus.
Hama yang termasuk mamalia (binatang menyusui) adalah babi hutan dan kera. Hama ini sangat merusak tanaman kelapa sawit. Di beberapa daerah tertentu di Sumatera, gajah sering menyebabkan kerusakan yang serius pada tanaman kelapa sawit muda. Selain itu juga tikus (rodentia) merupakan hama yang merusak (memakan) buah kelapa sawit yang sudah tua.
Pengendalianya : dengan cara biologi yaitu dengan cara memeliraha hewan peredator yg memangsa hewan tersebut. Salah satu contohnya adalah memelihara burung hantu atau ular yang bisa(racun) sudah di hilangkan sehingga tidak membahayakan bagi para pekerjayang tujuannya untuk membasmi hama tikus.
B. Penyakit
yang paling sering menyerang tanaman
kelapa sawit
1. Penyakit akar Blast disease
Penyebab : cendawan Rhyzoctonia lamellifera dan Phytium sp.
Penyebab : cendawan Rhyzoctonia lamellifera dan Phytium sp.
Gejala serangan :
A.
Bila menyerang pesemaian dapat menyebabkan
kematian bibit secara mendadak.
B.
Bila menyerang tanaman dewasa akan menyebabkan
daun menjadi layu, kemudian tanaman mati.
C.
Kalau perakaran tanaman dilihat, tampak adanya
pembusukan pada akar.
Pengendalian :
A.
Pembuatan pesemaian yang baik agar pertumbuhan
bibit sehat dan kuat.
B.
Pemberian air irigasi pada musim kemarau dapat
mencegah terjadinya gangguan penyakit ini.
2.
Penyakit garis
kuning pada daun
Penyebab : cendawan Fusarium oxysporum
Penyebab : cendawan Fusarium oxysporum
Gejala serangan :
A.
Infeksi penyakit sudah terjadi pada saat daun
belum membuka.
B.
Setelah daun membuka akan tampak adanya bulatan-bulatan
oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat tempat konidiofora.
C.
Bagian-bagian tersebut kemudian mengering.
Pengendalian : Menanam bibit
yang bebas dari infeksi penyakit ini.
3.
Penyakit batang
dry basal rot.
Penyebab : cendawan Ceratocyctis paradoxa.
Penyebab : cendawan Ceratocyctis paradoxa.
Gejala serangan :
A.
Tandan buah yang sedang berbunga mengalami
pembusukan.
B.
Pelepahnya mudah patah, tetapi daun tetap
berwarna hijau untuk beberapa saat, meskipun pada akhirnya akan membusuk dan
mongering.
C.
Semua gejala tersebut sesungguhnya disebabkan
karena terjadinya pembusukan (busuk kering) pada pangkal batang.
Pengendalian
: Menanam bibit yang bebas dari infeksi penyakit ini.
4.
Penyakit busuk
tandan (bunch rot)
Penyebab : cendawan Marasmius palmivorus sharples.
Gejala serangan :
Penyebab : cendawan Marasmius palmivorus sharples.
Gejala serangan :
A.
Penyakit ini menyerang tanaman berumur 3 – 10
tahun.
B.
Menyerang buah yang matang dan dapat menembus
daging buah, sehingga menurunkan kualitas minyak sawit.
Pengendalian :
A.
Tindakan pencegahan dilakukan dengan melakukan
penyerbukan buatan dan sanitasi kebun terutama pada musim hujan.
B.
Membuang semua bunga dan buah yang membusuk dan
membakar tandan buah yang terserang.
C.
Dapat disemprot dengan menggunakan Difolatan
atau Actidone dengan konsentrasi
0,2 % atau sebanyak 0,7 liter/ha dengan interval waktu 2 minggu sekali.
0,2 % atau sebanyak 0,7 liter/ha dengan interval waktu 2 minggu sekali.
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
makalah ini, antara lain :
1. Produktifitas dan hasil produksi tanaman turut dipengaruhi
oleh serangan hama dan penyakit.
2. Masing-masing hama dan penyakit
memberikan serangan dan gejala yang berbeda-beda pada tiap bagian tanaman
kelapa sawit.
3. Hama yang paling sering dijumpai
pada tanaman kelapa sawit adalah ulat api, dan tikus sebagai hama mamalia yang
paling banyak dijumpai.
4. Untuk penyakit yang meyerang tanaman
ini, bagian yang paling sering diserang yaitu bagian daun tanaman.
5. Pengendalian penyakit pada tanaman
ini dapat dikendalikan dengan pemberian herbisida atapunu pestisida, sedangkan
untuk pengendalian hama yang menyerang, dapat dikendaliakan dengan pelepasan
predator dari hama itu sendiri, untk menghindari ledakan hama penyerang tanaman
ini.
3.2 Saran
Saran yang
dapat diberikan adalah sebaiknya dalam penggunaan herbisida maupun pestisida
dalam pengendalian hama dan penyakit ini digunakan sesuai dengan dosis anjuran
yang benar agar tidak terjadi resistensi pada hama dan penyakit itu sendiri
serta menghindari terjadinya ledakan hama.